Selama ini tol satu arah sudah berlaku, tapi namanys contra flow, yakni hanya mengambil satu jalur dari tiga lajur di sebelahnya. Tapi sekarang karena ada peningkatan jumlah pemudik, sekarang semua lajur diambil untuk satu arah.
Hal ini memang ada konsekuensinya. Di satu sisi akan melancarkan, di sisi lain akan menghambat bus dari arah berlawanan. Makanya, teman-teman dari perusahaan bus kemarin teriak, oke jalannya jadi lancar tapi mereka kan harus balik lagi mencari penumpang.
Bersyukur kalau kebijakan satu arah di tol ini tidak berlaku seluruhnya selama 24 jam. Semoga waktunya bisa luwes, bisa dimainkan. Katakanlah 6 jam melihat perkembangan alur lalu lintas yang ada.
Mungkin akan ada penumpukan di terminal karena bus yang datang terganggu. Tapi persoalan intinya begini, hal ini terjadi akibat jalan non tol tidak dipelihara pemerintah. Ini harus jadi pelajaran agar jalan non tol tidak seperti itu.
Andai jalan non tol Jakarta-Cikampek masih ada dan bagus karena dirawat, orang akan lewat sana, tidak ke tol semua dan tidal perlu ada kebijakan satu arah.
Kalau sekarang orang tidak tahu jalan non tolnya lewat mana dan di mana. Yang kedua, kalaupun ada jalannya sudah banyak hambatan. Ke depan jalan non tol harus diperbanyak. (ade)
Di atas kertas tampaknya mudik lebaran 2019 akan lebih baik dari tahun-tahun kemarin. Saya kira kecelakaan lalu lintas akan turun. Tapi jika melihat angka itu hanya dari sisi statistik, jumlah kecelakaan masih tinggi. Terutama pada sepeda motor.
Memang sepeda motor adalah moda transportasi mudik paling murah, namun juga paling tidak aman. Saya berharap bapak-bapak dari kepolisian dan Dishub (Dinas Perhubungan) benar-benar bisa mengawal (pemudik sepeda motor).
Jangan memberi permakluman atas nama sisi manusiawi. Karena permakluman adalah awal dari kecelakaan.
Itu poin pertama. Yang kedua, yang ingin saya tekankan, penanganan mudik jangan hanya Jawa oriented. Karena yang mudik lebaran bukan hanya di Jawa saja, tapi juga di pulau-pulau lain. Misalnya, pelayaran rakyat di Indonesia timur yang belum dapat perhatian, sehingga kecelakaan masih sering terjadi.
Makanya, pelayaran rakyat harus diperhatikan betul. Terutama aspek over capacity. Karena minim armada, masyarakat sering memaksakan (naik kapal). Sementara syahbandar menyerah. Itu saya kira tidak boleh. Faktor safety harus jadi prioritas dalam hal transportasi. Jadi, tidak boleh ada cerita kapal tenggelam karena over capacity. Apapun alasannya. KM Sinar Bangun di Danau Toba telah makan korban puluhan orang. Tidak boleh lagi terjadi kejadian tragis karena pemakluman-pemakluman.
Sedangkan jalan tol, ini memang era di mana pembangunan infrastruktur begitu dominan. Harapan saya, jalan tol tidak hanya difasilitasi di saat musim lebaran saja. Karena jalan tol dibangun untuk jangka panjang.
Soal jalan tol ini, saya ada dua poin. Pertama, rest area harus dapat titik perhatian khusus. Terutama toilet perempuan. Toilet untuk perempuan harus lebih banyak daripada toilet laki-laki.
Betul, di atas kertas tol akan lebih lancar tapi kemacetan akan ada di sekitar rest area, maka perlu manajemen traffic yang sangat besar di rest area. Salah satu pemicu kemacetan adalah kurangnya toilet yang membuat antrian jadi lama.
Sedangkan soal one way traffic atau tol satu arah, di satu sisi saya apresiasi, tapi di sisi lain saya juga memberi warning. Jangan sampai kebijakan ini yang tadinya jadi solusi malah menciptakan masalah baru.
Kami sudah menyampaikan one way traffic jangan sampai berlaku penuh 24 jam selama tiga hari, sehingga bus-bus tidak tersendat, penumpang yang sudah bayar tidak terangkut.
Jadi jangan sampai niat baik memberi karpet merah pada pemudik (bermobil), tapi menciptakan karpet hitam bagi yang lain (pemudik memakai bus). (ade)