Dunia sedang mengalami turbulensi geopolitik dan konflik peradaban antara kubu agama vs kubu rasional yang belum tentu ateis tapi sekadar sekuler dan berpegang pada golden rule yang diakui oleh semua agama. Golden ruleyang positif adalah perlakukan sesama manusia secara proakfif positif seperti apa yang Anda inginkan dari sesama memperlakukan Anda.
Paralel dengan itu juga ada golden rule negatif. Jangan memperlakukan sesama manusia dengan tingkah laku yang Anda tidak suka bila orang lain memperlakukan Anda. Itulah golden rule yang mengawali hukum Karma, Joyoboyo, meski untuk sementara yang batil seolah bisa menang, menguasai keadaan.
Tapi at the end of the day, yang baik lah yang akan menikmati kemenangan dan kesejahteraan. Golden rule ini memang paralel juga dengan realitas pahit bahwa manusia seperti Kabil (Kain) mempunyai kebencian kecemburuan, kedengkian, iri kepada saudara kandungnya Habil yang secara meritokratis menghasilkan sesuatu yang "bermanfaat" dan bernilai di mata Tuhan.
Naluri pemberontakan Kabil menolak meritokrasi mengklaim sebagai "sulung" lebih berhak atas "berkat" Tuhan: karena itu menghakimi dan membunuh adiknya sendiri. Nah agama seluruh umat manusia bertumpu pada ontologi dan epistemologi dan dikotomi "Jahat bisa Baik", dari tradisi Soroaxter (Persia), Mani (Manichaenisme), Yin Yang, dan derivatifnya.
Secara formal memang hanya ada beberapa "agama besar". Kolumnis Thomas Friedman menulis di The New York Times bahwa Yahudi menganggap agamanya adalah God 1.0, Kristien Katolik God 2.0, dan Islam mengklaim sebagai God 3.0. Padahal yang lebih benar adalah Tuhan itu Infinite Zero God sebagai logo infinite. Tuhan itu Maha besar Maha Kuasa dan tidak mungkin dikerangkeng secara "kronologis" 1.0, 2.0, 3.0, tapi iInifinite Nol. Jadi kepercayaan kepada Tuhan itu wajar merupakan bagian dari "agama".
Iptek merupakan dimensi luar biasa yang membebaskan manusia dari ketidakberdayaan pra-iptek modern. Lompatan iptek manusia ibaratnya quantum besar big bang, sehingga kemajuan teknologi manusia sudah bisa menembus jarak dan penciptaan kimiawi serta stem cell yang menjurus kepada probabilitas imortalitas. Sayangnya kebencian Kabilisme masih merupakan masalah besar umat manusia lintas agama. Pancasila mesti mensosialisasikan Tuhan Infinite Zero. Golden rule sebagai kompas moral seluruh manusia lintas agama. (cmk)







TOPIK TERPOPULER
Jangan Pernah Ucapkan 'Kita Bukan Muhrim'
0 OPINI | 13 December 2019
Daun Ubi Jalar, Dapat Menyehatkan Tulang dan Mencegah Kebutaan
0 OPINI | 11 December 2019
Jangan Buang Kulit Buah, Banyak Manfaatnya
0 OPINI | 12 December 2019
PILIHAN REDAKSI
Seberapa Miskin Penduduk Indonesia
09 December 2019
Perempuan di Perundingan Iklim PBB
07 December 2019
Sudah Makin Bodoh Lesu Pula
05 December 2019
PENALAR TERPRODUKTIF
Fithra Faisal Hastiadi, Dr., S.E., MSE., M.A
Direktur Eksekutif Next Policy, Dosen FEB UI
Andry Satrio Nugroho
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)
Teguh Santoso, S.E., M.Sc.
Dosen Departemen Ilmu Ekonomi FEB Unpad, Peneliti Center for Economics and Development Studies